September 24, 2012

Lhoo, koq nggak doa..???!!

Banyak jalan menuju Roma, paling tidak begitulah kata pepatah orang tua yang mengingatkan kita untuk selalu berusaha mencapai impian dan jangan pantang menyerah. Hmmm, tapi tulisan ini bukan tentang cerita seseorang yang sedang berusaha keras mencapai cita2nya, atau cerita tentang kegagalan ataupun kisah sukses, dan juga bukan mengajak teman2 untuk jalan2 ke Roma (mana punya duit saya buat bayarin kamu, wong buat sendiri aja gak cukup!!!) ehem..ehemmm, jadi cerita ini adalah tentang sebuah kisah nyata yang terjadi pada saya..

Waktu itu, adalah hari dimana aq akan bersiap-siap untuk kembali ke Dumai, tempat saya mencari nafkah demi dia dan sibuah hati (ohokk....ohoookkk V,V)  Kar’na tidak terlalu suka dengan hidangan makan siang waktu itu (tumis sayur pahit, plus ikan asin tanpa sambal sama sekali plus gulai patin), jadi saya nawarin masak mie. coba klo ada sambal nya pasti enakk, tapi berhubung abang, kakak ipar, dan kedua keponakanku gak bisa dan tak suka pedas maka menu dirumah pun disesuaikan.. Lalu, dengan keahlianku dalam olah-mengolah mie yang sudah berpengalaman dibidang ini selama bertahun-tahun, aq pun memasak mie spesialll ala dewi Manroe ^o^ ohohohooo... tereeeng...tereeeeng....tereeeeng.... wualah, mie rebus ala Dewi Manroe pun jadi lah, semua berkumpul selain karena aromanya emang nikmat dan menusuk benteng pertahanan perut hingga lapis ketujuh emang mereka dalam posisi lapaaar.. Kami pun mulai membagi-bagi mie ke piring masing-masing, disisi lain keponakanku sudah duluan mendapatkan makanannya dan sebelum makan dia sudah dibiasakan berdoa dulu, malah saat itu Josep (si abangan) mengajari adiknya yang bahkan belum bisa berjalan dengan sempurna untuk berdoa sebelum makan. Supeeeeeeeeer bukan, tapi begitulah mereka, sudah didik dengan luar biasa sejak dini. Dengan suara yang nyaring, josep mengajari samuel (adiknya) berdoa sambil menggenggam tangan adiknya agar terlipat dan meminta adiknya untuk menutup mata. “Tuhan Yesus, trimakasih untuk makanan dan minuman ini, terimakasih buat berkatmu bagi kami, sebentar kami mau makan, kami mengucap syukur, di dalam nama Yesus, AMINN”, begitulah kira2 doa yang dilafalkannya. Mereka pun mulai makan dan seperti anak kecil kebanyakan yang dengan luar biasa melakukan lebih dari satu aktifitas dalam waktu yang sama (ex: nonton sambil merusak rak piring, makan sambil lari kesana –kemari mencari alamat palsu). Dalam hal ini, mereka makan sambil nonton sambil mengotori lantai, sambil guling-guling di sofa (two thummbs for these creature). Nah sembari mereka makan dengan atraksi mereka yang luar biasa itu, kami pun mulai hendak (masih dalam posisi akan..) menikmati mie kami, tiba2 Josep menjerit “LHOOO, GAK BERDOA??????!!!!” , semuanya terdiam, sedikit tersentak, sebenarnya mau ketawa juga krn dengan nada polos dia menasehati kami.. dengan kemampuan diplomatis yang pas2an aq pun menjawab, “ kan blom makan lagi, mie nya masih panas jadi masih mau ditiup dulu biar dingin”.. Nah lhooo, sebenarnya sedikit banyak perasaan dan keimanan saya tersentil saat itu, karna emang saya gak ada rencana buat berdoa sebelum makan paling dalam hati bilang “Dalam Nama Yesus, AMIN!!”, doa singkat yang dibiasakan bukan karna waktu yang terbatas atau dalam kondisi buru2, tapi karna mau cepat aja.. b.  Padahal, disitu ada aq, mama, papa dan mama josep, dan bg Ken. 5 orang dewasa yang seharusnya jadi contoh malah ngeles,
hmmm, alangkah lucunya negeri ini.. memang hal seperti ini sering terjadi, orang dewasa yang seharusnya menjadi teladan, memberikan contoh bukan sekedar kata2, malah menganggap sepele berbagai masalah.. kepolosan anak-anak mengingatkan kita kembali, bahwa tua bukan berarti dewasa, lebih tua bukan berarti benar. Karna banyak orang yang lebih tua bahkan tidak pantas dijadikan contoh untuk generasi muda, katakanlah masalah perjudian, perokok, perceraian, hingga korupsi.. Saat disekolah kita belajar agama dan PPKN tentang kebaikan, kebenaran dan idealisme, namun saat sudah semakin tua semuanya itu seolah sirna.. Idealisme tidak berlaku di hutan rimba, begitulah kira2 khiasannya.. Makanya penjara semakin penuh, rakyat miskin makin miskin, yang sakit gak sembuh-sembuh, yang gila pun makin banyak.. banyak orang gila, stress karena persoalan hidupnya yang tidak sanggup dihadapinya, pada akhirnya ia menyerah dan mengacaukan pikirannya sendiri.
Solusi??? Hmmm, entahlah... mari kita kembalikan ke pribadi masing-masing.. Sejauh mana kita bisa tetap berlaku baik dan benar, sampai kapan kita sanggup memegang nilai-nilai yang diajarkan pada kita saat kita kecil dulu. Aakankah semua cukup hanya sekedar untuk nilai penghias rapot biru, atau sungguh2 dijadikan sebagai pegangan untuk catatan tentang dirimu di buku kehidupan yang dicatat oleh malaikat dari Atas Sana... Kembali kediri sendiri, dan jawab sendiri, bukan sekedar ucapan, ulasan, jawaban2 diplomatis, retorika, bualan2 konyol, tapi buktikan dalam kehidupanmu! Just remember, God Will Makes Away where there seems to be no way! God Blezzt Uz!